Libya: Antara Motif Minyak, Nilai Islam dan Tirani Baru


transpoortasi di libyaSEALAMA ini saya mencoba tidak berkomentar apa-apa terhadap kondisi Libya, karena saya berpandangan arus perubahan dan politik yang sedang terjadi adalah urusan internal rakyat Libya. Sedangkan saya hanyalah warga asing yang kebetulan cukup lama tinggal di negeri hijau ini. Tetapi intervensi militer asing membuat saya harus mencurahkan pandangan saya terhadap kondisi Libya saat ini yang merupakan bagian dari tanah Islam yang harus dijaga kehormatan dan harga dirinya.

Keinginan sebagian rakyat Libya terhadap perubahan politik, kebebasan dan tumbangnya rezim tirani adalah ses

uatu yang wajar sebagai sebuah bangsa, apalagi rakyat di negara tetangga sebelah barat dan timur Libya (Tunisia dan Mesir) sudah mempeloporinya.

Saya menyebutnya “sebagian rakyat Libya” karena memang pada realitanya masih ada sebagian rakyat Libya yang masih mendukunga sistem dan kepemimpinan ” Al-Jamahiriyah“. Sebuah teori politik dunia ketiga hasil pemikiran Kolonel Muammar Qadzafy di luar dua sistem politik yang lazim: monarki dan republik. Sistem kepemimpinan ini  berprinsip: Ash-Shulthoh bi yaddi asy-sya`b (kekuasaan berada di tangan rakyat) tercermin dalam bentuk   “La demuqrotiyah biduni  mu`tamaraat sya`biyah” (tidak ada demokrasi kecuali dengan kongres rakyat), bahkan menganggap sistem perwakilan sebagai penggebirian

terhadap aspirasi rakyat: Majlis An-Niyabi  tamtsilun khodi` lisy sya`b (parlemen adalah bentuk perwakilan yang mengkhianati rakyat).

Saat ini kelompok oposisi terkonsentrasi pada kota-kota wilayah timur Libya: Bengghozi, Darna, Ajdabiya, Baidho, Ras Lanuf. Sedangakan di ibukota Tripoli, Sirte, Sabha dan sebagain wilayah barat mayoritas masih mendukung malikul muluk afriqiya (raja diraja Afrika), Muammar Qadhafi.

Ada beberapa faktor yang  memicu gerakan oposisi yang saat ini berupaya mengibarkan bendera revolusi di negeri sejuta penghafal Qur`an ini.

Pertama, kemunculan oposisi didorong oleh motif dendam masa lalu.  Para pendukung raja Idris I yang dikudeta oleh Kolonel Muammar  Qadhafi memanfaatkan momentum tsunami revolusi di timur tengah untuk membalas kudeta dia pada 1 September 1969.

Para pendukung raja Idris I ini sejak dulu terkonsentrasi di kota-kota timur Libya: Bengghozi, Ajdabiya, Baidho, Tubruq. Bendera-bendera yang saat ini dikibarkan oleh kalangan oposisi adalah bendera di zaman kekuasaan raja Idris I.

Kedua, keinginan sebagian rakyat Libya kepada demokratisasi, kebebasan berpendapat, keadilan dan ekspresi politik yang selama ini terkekang oleh sistem tirani selama 4 dekade lebih.

Ketiga, gerakan revolusi ini dipicu juga oleh tangan besi penguasa kepada sebagian rakyat Libya yang melahirkan pelanggaran-pelanggaran HAM berupa penangakapan dan pemenjaraan tanpa pengadilan kepada lawan-lawan politik atau yang bersikap kritis kepada penguasa. Terutama peristiwa penembakan 1000- an tahanan politik di penjara Abu Saleem.

Keempat, kondisi ekonomi. Sebagian rakyat Libya berada pada kondisi kehidupan yang sulit secara ekonomi padahal mereka hidup di negara yang kaya dengan minyak. Mereka melihat kekayaan negara hasil dari minyak, hanya dinikmati para pejabat dan keluarganya juga banyak tersedot untuk membantu negara-negara Afrika.

Kelima, kepentingan asing. Faktor-faktor dari dalam negeri tersebut diperparah oleh kepentingan-kepentingan asing yang berusaha memanfaatkan momentum ini untuk menguasai minyak Libya.

Selama ini pemerintah Libya sangat ketat dalam kerjasama eksplorasi  minyak dengan perusahaan Eropa dan Amerika. Potensi minyak Libya yang sangat besar 46,4 milyar barel sangat menggiurkan bagi Eropa dan AS untuk menguasainya. Produksi minyak Libya sebelum revolusi mencapai 1,7 juta barel setiap hari. Produksi ini menyuplai 6 % kebutuhan minyak dunia. Dengan kapasitas produksi ini Libya menempati urutan ke 9 negara produsen minyak dunia dan urutan kelima di  dunia Arab setelah Arab Saudi, Iran, Iraq, dan Bahrain.

Tidak Gratis

Bagaimanapun, agresi militer yang dilakukan oleh koalisi AS dan negara-negara Eropa saat ini ke Libya hanya akan berakibat kepada:

Pertama, kelemahan militer dan pertahanan Libya. Target-target invasi sekutu berupa penghancuran pertahanan udara Libya yang tersebar sepanjang garis pantai mediterania Libya dan markas-markas militer Libya nantinya hanya akan melemahkan militer Libya pasca revolusi.

Saat ini kekuatan militer Libya 80.0000 personel dan 20.000 orang yang tergabung kedalam al-lijan tsauriyah (komite revolusi). Kalaupun rezim tumbang, maka pemerintahan baru akan mendapatkan sistem pertahanan yang hancur . Kondisi negara Libya yang sangat lemah, ketergantungan atas bantuan militer asing serta Libya akan terbebani oleh pembelian senjata baru kepada AS amaupun  Eropa.

Kedua, pemerintahan pasca rezim Qadhafi, akan menjadi boneka AS-Eropa. Dukungan militer sekutu saat ini hanya akan melahirkan pemerintahan yang bergantung kepada AS-Eropa seperti Afganistan dan Iraq.

Selama ini Libya adalah negara yang sangat mandiri bahkan kritis terhadap kebijakan-kebijakan AS, Israel dan Eropa. Di setiap kesempatan Muammar Qadhafi mengkritik dengan keras berbagai situasi internasional khususnya yang berkaitan dengan konflik Palestina, arogansi AS, hubungan Islam dan barat.

Dalam peringatan Maulud Nabi Internasional beberapa bulan lalu di Libya yang dihadiri tokoh tasawwuf dan ulama dari seluruh dunia, dia menyerukan kepada rakyat Palestina yang terusir dari tanah Palestina untuk menciptakan krisis dunia dengan kembali dan mengepung wilayah yang saat ini diduduki Israel dengan cara damai.

Begitu juga dia menyinggung bahwa  munculnya terorisme oleh al-Qaidah adalah  respon atas arogansi dan intervensi AS dan Barat terhadap negara-negara Islam.
Selama ini Libya berani berteriak lantang karena mereka memang tidak tergantung kepada bantuan asing seperti negara Arab lainnya, bahkan Libya adalah negara yang tidak punya hutang sama sekali malahan aktif memberikan sumbangan ke negara-negara lain terutama Afrika.

Pembelaan dan bantuan kemanusiaan dan dakwah dari Libya kepada dunia Islam selama ini sangatlah signifikan. Di Indoensia saja sudah ratusan da`i alumni dari Kuliyah Da`wah Islamiyah Tripoli dengan fasilitas beasiswa, juga pembangunan masjid dan Islamic center di Bogor yang bernilai milyaran rupiah

Ketiga, AS dan Eropa akan menguasai minyak Libya jika oposisi menang atas bantuan sekutu melawan rezim Qadhafi.

Rudal TomeHawk yang harganya 9 milyar per biji, bom dan senjata yang dimuntahkan pasukan koalisi tidaklah gratis, mereka akan meminta ganti dengan konsesi kontrak minyak. Inilah yang  memotivasi mereka untuk intrevensi terhadap Libya dengan dalih melindungi rakyat sipil.

Mengapa hal yang serupa tidak mereka lakukan ketika ribuan rakyat sipil terbantai di Ruwanda, juga ketika rakyat sipil ditembaki oleh pasukan pemerintah di Pantai Gading (Sahil `Aj)?

Mengapa pula AS-Eropa tak bergerak sama sekali pada kerusuhan di Somalia?
Yang sangat mencolok mengapa AS, Prancis, Inggris tak menyerang Israel ketika militer Israel dengan jet-jet tempur dan perlatan berat membantai ribuan rakyat Palestina di jalur Gaza pada tahun 2009 lalu ?

Penghapal al-Quran

Libya pasca serangan Barat ini diperkirakan akan menjadi  negara yang lemah secara militer, aset ekonomi dan ladang minyak akan dikuasai oleh AS-Eropa serta akan menjadi negara boneka asing.  Yang dimaksud Barat Libya harus keluar dari ‘kedikatatoran rezim’ dipastikan akan memasuki ‘tirani baru’ berupa imperialisme.

Apalagi pernyataan delegasi oposisi ketika bertemu dengan Presiden Prancis Sarkozy yang menyatakan bahwa Libya akan menjadi negara demokrasi-sekuler, kalau ini terwujud maka Libya akan bergerak mundur berlawanan dengan tujuan revolusi di negara Arab lainnya,  yang pada umumnya bertujuan menggulingkan rezim tirani – diktator yang pro barat dan sekuler seperti Zainal Abidin maupun Husni Mubarak.

Saat ini walaupun tidak secara eksplisit disebutkan sebagai negara Islam, tetapi kehidupan Islami sangat tampak di Libya.

Menanggalkan jilbab bagi wanita Libya adalah hal tabu dimata masyarakat Libya. Prostitusi dan minuman keras secara resmi dilarang oleh pemerintah. Siaran TV dan radio didominasi oleh acara-acara dakwah dan bacaan al-Qur`an.

Masjid dipenuhi jamaah sholat lima waktu. Masjid-masjid tersebar sangat banyak di Libya, bahkan saking banyaknya Libya disebut pula negara sejuta masjid.

Harap tahu, seperlima penduduk Libya (lebih satu juta orang)adalah penghafal al-Qur`an. Pergaulan bebas, kehidupan  hedonis-sekuler saat ini tidak tampak sebagaimana di Tunisia dan Mesir. Bahkan kalau kita naik taksi kita akan mendapatkan sopir  taksi asyik mendengarkan lantunan al-Qur`an lewat radio.

Rakyat Libya sangat menjaga kultur Arab dan Islam, bangga dengan bahasa Arab dan akan menghormati orang asing yang berbicara dengan bahasa Arab. Inilah yang jarang diketahui banyak orang –bahkan sebagian rakyat Indonesia– yang ikut-ikutan mendukung menurunkan Qadhafi.

Hanya ada satu jalan bagi penyelesaian konflik Libya agar negara itu  tidak hancur, yaitu dialog dan perundingan antara kelompok oposisi dan pemerintah Libya.

Jalan kekerasan bersenjata antara rakyat pro Qadhafi dan anti Qadhafi serta intrevensi militer asing bukanlah jalan yang tepat untuk keluar dari konflik yang ada. Masing-masing pihak harus mau duduk bersama mencari jalan tengah bagi perubahan, keadilan dan pembangunan Libya dengan tetap menjaga keutuhan nasional dan kemerdekaan Libya.

Pemerintah RI, negara-negara Arab dan Islam harus bergerak menyelamatkan Libya dari penjajahan dengan diplomasi aktif dan mengambil peran signifikan dalam permasalah Libya.

Bersama tulisan ini pula, saya berharap Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) memberikan perhatian serius dan solusi konkret atas kelanjutan pendidikan mahasiswa Indonesia yang belajar di Libya. Dengan ditransfer ke kampus-kampus luar negeri lainnya maupun dalam negeri yang sesuai, tentunya dengan fasilitas beasiswa seperti yang selama ini diterima.

Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan Syari`ah – Internasional Islamic Call College-Tripoli Libya

Sumber: Hidayatullah.com

 

Palestina dan Peringatan Isra’ Mi’raj


Tanggal 27 Rajab yang tahun ini bertepatan dengan 10 Juli kemarin diperingati sebagai hari dimana Rasulullah Muhammad SAW melakukan Isra’ da Mi’raj. Yaitu sebuah perjalanan dimalam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan kemudian dilanjutkan ke langit menuju Sidratul Muntaha. Didalam peristiwa ini juga perintah Sholat diturunkan, kita semua mungkin sudah hapal detail kisahnya. Setiap tahun pada tanggal yang sama peristiwa ini selalu diperingati oleh sebagian umat muslim diseluruh dunia. Sebahagian lagi menganggap peringatan ini adalah bid’ah dan tidak perlu untuk dilakukan. Namun demikian, di Indonesia hampir disetiap mesjid selalu diadakan acara khusus untuk memperingati Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW ini.

Sejarah Peringatan Isra’ Mi’raj

Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya. Sejak kapan peringatan peristiwa ini dilakukan? seperti halnya juga peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga selalu diperingati.

Ada perbedaan pendapat yang muncul tentang kapan peringatan Isra’ Mi’raj mulai dilaksanakan. Namun yang jelas sepertinya para ulama telah bersepakat bahwa peringatan Isra’ Mi’raj (dan juga Maulid Nabi) tidak pernah dirayakan semasa Rasulullah SAW masih hidup dan masa para Sabat dan dua generasi berikutnya. Lalu kapan perayaan ini mulai diadakan?

Ada 2 pendapat yang berbeda tentang kapan umat Islam mulai memperingatinya.

Sebagian Ulama berpendapat bahwa pelopor peringatan Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi SAW adalah Raja Mu’iz li Dinillah, seorang raja Dinasti Fathimiyyah yang berkuasa sejak tahun 362 H di Mesir.

Sebahagian lagi berpendapat bahwa perayaan ini dipelopori oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang pandai dan dekat dihati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub. Banyak yang berpendapat bahwa sang Sultan memulai peringatan ini (Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj) untuk membangkitkan semangat jihad umat muslim guna merebut kembali Yerusalem dari kerajaan Salib yang telah merampas dengan kejam tanah yang sebelumnya telah dibebaskan oleh Umar Bin Khattab ini. Dimana disana terdapat tempat suci kedua bagi umat Islam.

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa saat Pasukan Salib merebut Yerusalem sebelum akhirnya dibebaskan kembali oleh Sultan Salahuddin, mereka membunuh seluruh Muslim yang ada tidak terkecuali wanita dan anak-anak sehingga saat itu digambarkan jalan-jalan di Yerusalem banjir darah hampir semata kaki. Konon tanggal pembesan Yerusallem ini adalah 2 Oktober 1187 atau bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 583 H. Saat pembebasan ini Sultan Salahuddin tidak membalas perbuatan Tentara salib sebelumnya dengan perbuatan yang sama. Tetapi ia justru membebaskan seluruh umat Yahudi dan Nasrani.

Mengapa Masjidil Aqsa?

Sedikit kita renungkan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj mengapa Rasulullah Muhammad SAW diperjalankan ke masjidil Aqsa terlebih dahulu? kenapa tidak dari masjidil Haram langsung ke Sidratul Muntaha? Alasannya adalah:

  1. Bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berda’wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berda’wah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan “golongan” Ibrahim dan merupakan sempalan. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.
  2. Hikmah berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai “pembangkit” ruhul jihad kaum muslimin. Kadangkala, kalau tiada lawan itu semangat jihad kaum muslimin “melemah” karena terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin terus terjaga dan terbina.
  3. Berikutnya, Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi SAW. Pada Al Qur’an surat An Najm ayat 12, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu da’wah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi SAW bertambah motivasi dan semangatnya. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita yang mengaku sebagai da’i, bahwa dalam kesulitan da’wah itu bukan berarti Allah tidak mendengar. (mengutip dari http://www.pks-jaksel.or.id/Article597.html)

Makna Peringatan Isra’ Mi’raj dan kondisi Palestina saat ini

Setiap tahun Isra’ Mi’raj selalu diperingati. Seluruh umat islam tahu dan hapal betul dengan kisah perjalanan ini. Namun pertanyaannya sekarang apakah seluruh umat islam tahu dan sadar dengan kondisi Masjidil Aqsa saat ini? Para Ustad dan penceramah selalu menguraikan dengan fasih kisah perjalanan Rasulullah SAW. Mengulang ayat-ayat dari surat Al-Isra’ setiap tahunnya. Namun sayang, sangat jarang sekali kita mendengar dalam kajian-kajian tersebut diceritakan juga kondisi Masjidil Aqsa saat ini yang sangat menyedihkan.  Padahal masjidil Aqsa adalah bagian dari Isra’ Mi’raj itu sendiri.

Apakah seluruh umat Islam yang selalu memperingati Isra’ Mi’raj setiap tahun ini tahu dan sadar bahwa tempat suci kedua bagi umat Islam yang juga menjadi tempat singgah Rasulullah SAW sebelum naik kelangit tersebut saat ini terancam hancur, roboh sedikit demi sedikit oleh penggalian yang sengaja dilakukan oleh israel dengan alasan ingin menemukan istana Sulaiman? Apakah seluruh umat isalam yang selalu memperingati Isra’ Mi’raj tahu bahwa tempat suci kedua tersebut selalu dilecehkan karena dijadikan museum dan tempat wisata oleh israel dimana setiap turis yang datang bebas keluar masuk mesjid tanpa besuci sementara umat muslim disana dilarang untuk sholat didalamnya?

Bangsa Muslim Palestina tempat dimana Masjidil Aqsa itu berdiri yang nota benenya adalah saudara-saudara kita seaqidah kini sedang mendapatkan kezaliman yang luar bisa kejinya,  apakah seluruh umat Islam tahu dan selalu diingatkan akan semua itu?

Peringatan Isra’ Mi’raj bukanlah sesuatu yang wajib, namun ini akan sangat baik manfaatnya bila ini dapat menumbuhkan keimanan dikalangan umat Islam, dan lebih dari itu juga dapat menumbuhkan semangat jihad kaum muslimin. Karena salah satu simbol dari Isra’ Mi’raj itu sendiri adalah Masjidil Aqsa yang berada di negeri Palestina saat ini sedang dinodai oleh zionis israel dan harus kita bela. Seharusnya dalam setiap peringatan Isra’ Mi’raj juga harus disampaikan kondisi Masjidil Aqsa dan Bangsa Palestina terkini. Agar umat ini selalu diingatkan tentang pentingnya persatuan antar sesama umat Islam dan dibakar semangat jihadnya untuk mengikuti jejak para pendahulunya yang telah memuliakan bumi Palestina dan Masjidil Aqsa. Agar lahir Salahuddin-Salahuddin lainnya yang akan membebaskan kembali tempat suci kedua yang pernah menjadi kiblat pertama bagi umat Islam tersebut.

Wallahua’lam bissawab.